Cagub Petahana Tumbang, Pengamat Sebut Akun Buzzer Zul Kadir Menjadi Salah Satu Faktor

Rabu, 11 Desember 2024 | 11:21:30 WIB

PEKANBARU (Fokusdiksi) Tahapan Pemilihan Gubernur Riau Tahun 2024 hampir final, sejak tanggal 6 Desember yang lalu rekapitulasi tingkat provinsi sudah dilaksanakan, pasangan Abdul Wahid-SF. Hariyanto ditetapkan KPU sebagi paslon yang meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sah sebanyak 1.224.193 suara, disusul pasangan M. Nasir dan Muhammad Wardan dengan 877.511 suara serta pasangan Syamsuar – Mawardi M Saleh dengan perolehan 661.297 suara. 

Berdasarkan Peraturan KPU Nomor 18 Tahun 2024, tahapan KPU mengumumkan pemenang pilkada ke publik melalui media massa pada tanggal 15 Desember 2024.

Hal menarik dari dinamika pilgub riau tahun 2024 ini, paslon petahana Syamsuardi - Mawardi M Shaleh yang diawal-awal merupakan paslon dengan eletabilitas tertinggi harus menerima kenyataan kalah dari 2 paslon penantangnya, bahkan tergerus diposisi perolehan suara paling rendah.

Pengamat Politik Dr. Tito Handoko, M.Si saat ditemui awak media disalah satu kedai kopi di Pekanbaru, Selasa, (10/12/24) mengatakan ada beberapa faktor.

"Pertama Menurut analisis social media yang kami lakukan, tim media Syamsuar – Mawardi M Saleh tampaknya gagal dalam menggiring isu sehingga tidak muncul isu baru yang dapat mengkatrol elektabilitasnya, tidak ada isu baru yang mampu dijual sehingga tawaran-tawaran isu yang disampaikan justru dianggap tidak menarik" jelas Tito.

Selain itu Tito juga menduka faktor Saling bantah isu jembatan Bengkalis antara ketua Tim Pemenangan Syamsuar Ustad Syahrul Aidi dan Ustad Abdul Somad justru menjadi boomerang  bagi Syamsuar – Mawardi M Saleh di Bengkalis. 

"Giringan isu soal jembatan Bengkalis – Sei Pakning yang tidak masuk PSN justru menimbulkan antipati bagi pemilih di Pulau Bengkalis dan Kabupaten Bengkalis secara umum kepada pasangan Syamsuar – Mawardi M Saleh" jelas Doses Ilmu Politik Univm Riau ini.

Lebih lanjut Tito juga mengatakan Kegagalan dalam penggiringan isu soal pesisir juga menjadi penyebab rontoknya elektabilitas dan perolehan Syamsuar – Mawardi M Saleh di daerah pesisir. Syamsuar – Mawardi M Saleh hanya menang di Siak yang memang sejak awal diprediksi sebagai lumbung suara, tanpa giringan opinipun diprediksi Syamsuar – Mawardi tetap menang di Siak. 

"Sementara di Riau daratan, memang problem infrastruktur yang menjadi isu utama yang menjadi penyebab rontoknya perolehan suara Syamsuar – Mawardi" ungkap tito lagi

Faktor Lain yang diungkapkan Tito adalah peran buzzer, Tito menguraikan ada dua motif buzzer,  Pertama, motif komersial yang ditandai dengan aliran dana. Kedua, motif sukarela yang didorong oleh ideologi atau rasa kepuasan tertentu terhadap suatu produk dan jasa.

"Buzzer politik di tim pemenangan Syamsuar – Mawardi M Saleh cukup banyak, tetapi yang paling kontroversi dan menjadi perbincangan public adalah pemilik akun TikTok Zul Kadir yang selalu melayangkan statement politik soal keterlibatan Ustad Abdul Somad" ungkap tito lagi 

"Impresi negative dari netizen pada akun ini cukup tinggi dan berdampak pada persepsi negative public pada Syamsuar – Mawardi M Saleh, serangan-serangan akun TikTok Zul Kadir pada UAS dan Paslon Wahid – SF Hariyanto tidak seimbang dengan serangannya pada Paslon M. Nasir – Wardan, justru statement yang disampaikan oleh akun TikTok Zul Kadir membuat impresi negative kepada Syamsuar semakin tinggi" turup tito***

Terkini