PELALAWAN (Fokusdiksi) - Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya mengunjungi komplek RAPP di Pangkalan Kerinci, di kesempatan tersebut politisi Demokrat itu dikelilingi para petinggi Asian Pasific Rayon, April Group dan Petinggi RAPP, Rabu (11/12/2024).
Kunjungan kerja ke Riau komplek yang berbungkus workshop literasi keuangan dan akses pembiayaan di nilai pegiat lingkungan hanya merupakan cara RAPP menarik sang menteri ke lingkungan perusahaan saja. Cara jitu cari muka ke pemegang kekuasaan di pusat.
Gerakan Pemuda Peduli Pelalawan (GP3) menyebutkan tidak ada korelasi jelas antara kunjungan menteri Ekraf dengan desa binaan RAPP dalam mengembangkan ekonomi kreatif desa. Teuku Riefky Harsya hanya berputar putar di lingkungan perusahaan raksasa yang sejatinya domain menteri perindustrian.
"Cara cari muka nya RAPP luar biasa, yang ngga ada hubungan nya dengan mereka bisa mereka ciptakan seolah olah itu concern mereka memberdayakan masyarakat, padahal itu hanya seremonial saja, gimmick RAPP cari muka ke penguasa di tingkat pusat," terang Juhendri, Ketua GP3, Ahad (15/12/2024)
Jika memang RAPP benar benar memberdayakan ekonomi kreatif di desa desa yang disebut oleh Presiden Direktur APR, Basrie Kamba sebagai komitmen perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat sekitar melalui program-program pengembangan ekonomi kreatif yang inklusif dalam Redius 50 km dari pusat operasional perusahaan, APR dan RAPP harus membawa Menteri Ekraf jalan jalan ke desa kreatif bukan berkutak di Riau komplek saja.
"Mana desa binaan yang menjadi rujukan pembinaan ekonomi kreatif RAPP itu, itu cara RAPP membohongi kita semua,"tegas pria yang disapa Jo Kampe ini.
"Mereka pandai cari muka, pandai melakukan pembohongan publik,seremonial pembohongan publik,"imbuhnya
Sebelumnya Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) juga menyoroti kunker sang menteri ke RAPP yang disebut oleh Koordinatornya Okto Yugo Setyo sebagai upaya untuk melanjutkan kebiasaan pemerintahan Jokowi yang menganak emaskan perusahaan perusak hutan tanpa mempedulikan dampak yang sudah mereka akibatkan. Atas hal itu tentu akan mempertegas citra pemerintah yang memberikan karpet merah kepada perusahaan yang berperan besar dalam kerusakan lingkungan di Riau.
"Jelas itu bentuk menganak emaskan perusahaan perusak lingkungan," kata Koordinator Jikalahari Okto Yugo Setyo, Kamis (12/12/204)
Harusnya, lanjut Okto. Menteri asal Nangroe Aceh Darussalam itu menjalankan komitmen Presiden Prabowo untuk menindak tegas pelaku pencemaran, perusakan lingkungan, dan pembakaran hutan.
"Presiden Prabowo harus tegur si Menteri,"tegas Okto
Terkait peran besar perusahaan kertas di bawah grup April ini dalam merusak lingkungan dan hutan Riau serta menyebarkan berbagai konflik sosial dengan masyarakat tenpatan. Dikatakan Okto, dengan kedatangan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya ke Komplek RAPP Itu akan membuat pemerintahan di era Prabowo ini sulit dan tidak berani menjalankan komitmen dalam visi-misinya untuk menghukum para korporasi yang terlibat karhutla dan perusakan hutan di Riau.
"Dalam visi-misinya jelas, Melindungi keanekaragaman hayati flora dan fauna berdasarkan kearifan lokal, serta memberikan hukuman seberat-beratnya kepada pemilik perusahaan yang terlibat dalam pembalakan liar, kebakaran hutan, dan pembunuhan hewan langka yang dilindungi"lanjutnya
Okto menegaskan, berdasarkan data lapangan serta data lainnya, misal RAPP menjadi tersangka kasus Illog 2008 oleh Polda Riau.
"RAPP juga terlibat karhutla karena lahannya disegel polisi dan KLHK tahun 2019," bebernya
Sementara itu, Dirut RAPP Mulia Nauli dikonfirmasi terkait pernyataan GP3 dan Jikalahari yang menyebutkan bahwa perusahaan kertas itu cari muka di kegiatan kunjungan menteri Ekraf. RAPP hanya berusaha mencitrakan diri sebagai perusahaan yang peduli lingkungan, hutan dan masyarakat sekitar. Padahal yang sebenar adalah sebaliknya.
Konfirmasi atas hal itu dilayangkan via aplikasi chatting yang ditujukan ke nomor bos RAPP ni. Sayang sampai berita ini tayang yang bersangkutan enggan memberi tanggapannya.
Sikap yang sama juga di tunjukkan oleh Chief Operating Officer (COO) PT. RAPP Eduward Ginting,konfirmasi lewat WhatsApp enggan dibalasnya. Kedua petinggi di perusahaan Sukanto Tanoto ini memilih diam, walaupun pesan terkirim telah conteng dua.
Disra Aldrick, Humas RAPP memilih mengambil sikap diam saat diminta tangggapan nya terkait pernyataan GP3 dan Jikalahari yang menyebutkan bahwa perusahaan kertas itu telah berbonceng dalam kunjungan Orang nomor satu di Kementerian Ekonomi Kreatif RI ke Riau,cari muka dengan jualan desa binaan dinilai pegiat lingkungan sebagai pembohongan publik, Disra Aldrick tak berusaha membantahnya atau menggunakan hak jawabnya. Ia memilih diam tanpa menjawab pesan wartawan.
Erik (sapaan Disra Aldrick) tak merespon konfirmasi media ini lewat aplikasi chatting WhatsApp, padahal alamat pesan ke penyampai citra positif perusahaan itu bermaksud memberikan hak klarifikasi perusahaan atas berita terkait perusahaan tempatnya bernaung itu. ***